Sunday 19 June 2016

Duh, lelah.
Apakah kamu tidak lelah?
Bruh, saya sangat lelah. Setengah mati. Saya lelah. Satu hari saya akan tersenyum tapi esoknya saya akan merengut.
-
Lelah, rasanya seperti ingin menyudahinya tapi saya ingin secara baik-baik.
-
Asal kamu tahu, saya selalu benci ketika saya marah dengan kamu hanya karena keadaan tidak berjalan dengan seharusnya.
-
Saya selalu benci ketika saya harus merengek dan menjelaskan semuanya sedangkan kamu sudah menjelaskan hal itu dengan tambahan kata maaf.
-
Bruh, saya lelah, sangat lelah. Apa yang salah dengan hal ini? Padahal sudah dibahas beratus-ratus kali.
-
Intinya, saya jatuh terlalu dalam secara tidak sadar sampai saya tersangkut dan tidak bisa kemana-mana.
-
Saya mencoba kabur dan tidak akan kembali lagi. Mungkin seharusnya memang ada jarak di antara keduanya. Harus ada.
-
Saya tidak akan kembali lagi, seharusnya.

×××
Pernahkah merasa di titik paling puncak dimana sudah kelelahan karena pendakian yang panjang dan berat?

Saya sudah sampai di titik itu. Dimana semuanya terlihat salah dan saya ingin melupakan semua. Tidak ada lagi yang bisa disalahkan kecuali diri sendiri yang berujung dengan menyalahkan seseorang.

Oh, God, mungkin kamu tidak akan tahu betapa lamanya saya menahan napas dan ingin menghembuskannya dengan damai, seperti di atas gunung yang sejuk dan melihat rumput hijau yang membentang. Saya ingin relaksasi.

Seperti menahan napas karena saya harus tenggelam dengan badan yang diikat batu besar dan hanya bisa menatap sinar matahari yang mulai samar.

Saya ingin menghembuskan napas dengan lega, dengan hati yang tidak lagi berat dan tersenyum kepada matahari.

Iya, saya hanyalah pengemis yang meminta-minta kebahagiaan tetapi tidak ingin berusaha, seperti apa yang orang-orang pikir.

Yang orang-orang pikir, hidup saya sangatlah menyedihkan. Galau sana sini, sedikit-sedikit menulis kalimat drama, padahal saya payah.

×××

Jika kamu ingin tahu lebih rincinya,
Saya seperti ditenggelamkan ke laut yang tenang dengan badan yang diikat batu besar. Saya tenggelam perlahan dan menatap sinar matahari yang semakin samar.

Awalnya saya memberontak berusaha untuk melepaskan diri, tapi air semakin banyak dan mungkin yang saya lihat hanya butiran air yang mengisi kepala saya.

Dan pada titiknya, saya berhenti dan diam. Menikmati segala sesak dan napas yang mampat karena mungkin saya tidak lagi bernapas. Laut yang tenang itu sangat dalam dan saya tidak lagi berbuat apa-apa.

Betapa lelahnya saya.

Saya ingin melepaskan ini semua dan berenang ke permukaan, menghirup udata segar dan melihat langit yang cerah, sendiri atau bersamamu.

Saturday 11 June 2016

Kadang aku kasihan dengan Si Pecandu sepi.
Hari-harinya hanya diisi dengan melihat handphonenya,
Bahkan hanya untuk men-scroll feed instagram atau hanya sekedar buka-tutup aplikasi chat, menunggu ada yang membahas topik untuk hari ini.
-
Kadang aku kasihan dengan Si Pecandu sepi.
Yang ia dengar bukan obrolan, candaan atau curhatan, cuma lagu-lagu favoritnya.
Bahkan ia lupa seperti apa bunyi notifikasi karena ia terlalu malas untuk mengganti nada notifikasi getarnya.
-
Kadang aku kasihan dengan Si Pecandu sepi,
Satu-satunya teman obrol yang abadi ialah dirinya sendiri.
-
Aku kasihan dengan Si Pecandu Sepi,
Aku kasihan ketika teman-temannya menyebut ia si Kesepian.
-
Aku kasihan.
Aku ingin menemaninya,
Tapi ia terlalu sibuk dengan sepinya bahkan mungkin ia lupa apa rasanya mempunyai manusia lain yang dapat diajak berkomunikasi.
-
Aku kasihan setiap ia melihat timeline sosial medianya.
Aku tahu ia iri.
Tapi, mau bagaimana lagi?
-
Ialah si Pecandu sepi.

Sebut saja kau adalah sepatu
Yang terjaga, disembah dan modis

Sebut saja saya hanyalah sandal
Yang terbuat dari karet dan cepat kotor

-

Jika sepatu malu bersebelahan dengan sandal, seharusnya sepatu tinggal bilang
Karena itu wajar.
Sandal memang tidak seharusnya ada di sebelah sepatu
Merusak reputasi.
Apa kata sepatu yang lain?

-

Jika sepatu malu untuk berjalan di samping sandal, seharusnya sepatu berterus terang dan tidak mengulur-ngulur waktu agar sandal tidak menunggu-nunggu dengan harapan dungu.

-

Jika memang sepatu dan sandal tidak satu rak, maka seharusnya sepatu tinggal berkata dengan kata-kata baik,
Tidak perlu menghindar dan membandingkan sandal dengan sepatu wedges atau bahkan high heels.

-

Sebenarnya kau tinggal berterus terang dengan saya.
Tentang semua rasa gelisahmu ketika ada di dekat saya.
Karena saya tahu, diam-diam kau menjaga reputasi.

Apa yang lebih penting dari reputasi? Penampilan.

Kau tinggal bilang, "saya malu dengan orang lain jika bersamamu".
Maka kau tidak akan membuat saya menjadi orang dungu.

Atau kau pikir, ini salah saya. Saya yang terlalu bodoh dan tidak tahu malu.
Ya, sekarang saya tahu mengapa setiap saya mengundangmu keluar, kau tidak menggubris, hanya menimpali dengan ocehan manis tentang alasan kau tidak bisa memenuhi undangan.

Ya, saya cukup bodoh untuk ini semua.
Padahal, kau tinggal bilang.

-

Padahal si Sepatu tinggal mengutarakannya kepada sandal yang jelas-jelas buruk rupa.
Hanya itu.

Friday 3 June 2016

Hi, June. Apa kabar?
Ingatkah tahun lalu langitmu sangat hitam?
Hujan, petir sampai tornado.
Dan saya berjalan di bawah langitmu dengan payung yang saya bawa seadanya. Satu langkah dua langkah payung itu masih bisa menutupi saya dari cuacamu. Tapi, semakin lama saya berjalan, semakin berlubang dan semakin pudar warna-warninya.

-

Pada hari dimana batang payung itu bengkok, saya menangis lagi karena tidak tahan dengan cuaca Juni. Saya menangis sambil mencari rumah yang pas untuk saya tinggali sementara tapi hasilnya nihil. Cuaca Junimu semakin memburuk, rumah-rumah di sekitar kau buat rusak.

-

Saya tidak akan melupakan bulan Juni 2015. Di sanalah saya merasakan tidak punya apa-apa secara batin, bukan fisik. Hati yang patah, teman yang hilang, nilai yang turun, semuanya terjun bebas tanpa parasut.

-

Tapi tenang saja, Juni. Saya tidak hanya menyalahkan kamu. Di belakangmu, si Juli, Agustus, September sampai Desember juga memperburuk keadaan. Berjalan di bawah cuaca kalian sangatlah buruk. Sangat buruk sampai saya rasa mau mati. Untung saja saya tidak gila. Semua yang sudah berlalu memanglah berlalu, tetapi sejatinya ingatan tidak akan berlalu jika itu penting. Artinya, perjalanan di bawah cuaca kalian sangatlah penting untuk saya sekarang ini.

-

Saya tidak akan menemukan arti dunia jika waktu itu cuacamu cerah.
Saya tidak akan menemukan musik yang selalu membangunkan saya,
Saya tidak akan menemukan siapa teman saya sebenarnya,
Saya tidak akan menemukan apa arti berusaha,
Dan saya tidak akan menemukan apa itu rela, maklum, dan rasa tidak peduli.

-

Saya berhutang kepada cuacamu karena hari ini saya rasa saya menjadi seseorang yang lebih baik walaupun banyak polemik di sekitar sini.

-

Saya ingat hari pertama mendungmu. Diawali dengan telepon durasi satu jam, dan esoknya, menjadi meja kejujuran. Dari sana mendungmu berganti menjadi hujan.
Semua menjadi sangat rumit, egois, bodoh, dan marah.
Saya menjadi manusia yang membesarkan emosi.
Karena saya ingin tahu siapa yang betah menghadapi hal paling jelek dari saya.

-

Saya ingat lagi di bulan Juli. Semuanya jadi semakin hitam dan petir bulan Juli makin mengilat. Matahari itu datang tanpa permisi dan menyilaukan mata saya tapi membinarkan mata seseorang. Di sana saya tidak tahu berbuat apa selain berteduh di bawah hujan, iya, berteduh.

-

Sampai pada Agustus, saya ingin semua berakhir. Saya ingin menghubungkan kembali kabel-kabel pada relasi saya. Saya ingin menghubungkan kembali.......
Tapi ternyata tidak bisa.

-

Saya hanya kabel putus di satu hubungan.

-

Masuk September, mula-mula ada Pelangi karena saya mulai tinggal di rumah baru yang tuannya sangat mengerti bagaimana cuaca di luar. Saya mulai nyaman dengan tuannya untuk bercerita dan semua masalah keluar begitu saja mengurangi beban walaupun setiap sore saya masih bermata bengkak. Dan tanggal yang paling saya ingat, 15 September, Tuan itu memberikan saya lagu. Lagu yang membuat saya bisa berjalan lagi.

-

Oktober, semuanya tentang penghapusan. Dari kenangan-kenangan zaman dulu hingga senyum sore kemarin. Saya berusaha menghapus di bawah langitmu yang gelap. Dan di Oktober, hujan sudah mulai reda.

-

November, hadir lagi hujan sampai es batu. Semuanya patah dan kenangan yang dihapus terisi lagi. Putus asa lagi, dan di November, siapa yang masih mau mendengarkan cerita 3 bulan yang tidaj ada perkembangannya?
Jadi saya berjalan sendiri.

-

November yang saya jalani sendiri membuat Desember lebih ringan. Saya mulai menerima bahwa orang-orang tidak selalu ada untuk membantu saya. Saya mulai rela untuk melepaskan orang-orang yang tidak lagi mempunyai kepentingan dengan saya.

-

Dari menangis dan marah, berlanjut ke puncak, sampai sekarang saya sudah mulai terbiasa dengan cuaca-cuaca seperti ini. Di Desember, hujan menjadi ringan, malah tidak hujan dan tidak mendung tetapi juga tidak cerah.
Saya hampa.

-
Tidak bisa merasakan apa-apa, sampai saat itu saya ingat, saya tertawa pada hal-hal kecil yang tidak penting hanya untuk menguji apakah saya masih biss tertawa dengan bahagia. Saya mengingat bulan-bulan lalu, saya pula mencoba bersedih tetapi tidak bisa.

-

Desember, saya bukan lagi manusia.

-

Desember akhir membuat saya sadar, apakah menjadi dewasa berarti tidak lagi merasakan sesuatu? Karena dari media-media keseharian, saya sering kali membaca bahwa menjadi dewasa tidaj menyenangkan dan tidak menikmati hidup.

-

Apakah saya sudah dewasa?

Saya terus mencari, semakin saya mencari, semakin saya tidak merasakan apa-apa.

-

Dan pada satu titik, saya tidak percaya siapa-siapa walaupun itu adalah teman satu jiwa saya. Saya mengalami krisis kepercayaan.

-

Sampai sekarang,
Terima kasih, Juni, saya menemukan orang-orang yang memang ada di pihak saya,
Saya sudah menemukan rasanya menjadi manusia sungguhan,
Saya sudah menjadi manusia yang lebih krisis dan kritis,
Dan itu menyenangkan.

-

Inilah perayaan patah hati saya. Suatu peringatan untuk cuaca yang sangat hitam di 2015.

-

Teruntuk tanggal 16 Juni 2015 - 31 Desember 2015,

Spesial disampaikan kepada orang-orang yang terlibat, yang mungkin saja dahulu pernah bertanya mengapa saya begitu jelek dengan sifat saya,
Ya, karena saya sedang sulit.

-

Terima Kasih kepada manusia-manusia yang bertahan sampai sekarang dengan saya.

Terima Kasih kepada playlist lagu yang selalu menemani saya:
10969
KODALINE
MAROON 5
Mary Lambert
Evanescence
Tulus
Sam Smith
Ne-Yo
Christina Aguilera
Regina Spektor

Haha, welcome to the new page.

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff