Friday 27 September 2013

Sore di tanggal 27 September. Handphone sejak tadi pagi, mati. Tidak secuil pun aku ingin menyentuhnya. Minggu ini, rasanya aku hanya ingin mati. Atau mungkin kalau bisa, aku hanya ingi mecabut kontrak-kontrakku pada orang-orang terdekat. Minggu ini, disaster. Semua gerbang ditutup. Gerbang hati sudah digelayutkan oleh gembok, siap untuk dikunci. Yah, menghindari jatuhnya lagi. Gerbang pikiran, masih dicarikan gemboknya. Jujur, rasanya tidak mau bersosialisasi dengan beberapa orang, oh, atau mungkin semuanya. Tidak ingi menolong, membantu, menurut, dan lainnya. Being helpful isn't the best way anymore. Mencoba menolong satu pihak diantara beberapanya, tidak pernah selalu menjadi kebaikan. Well, bagi diri sendiri. Karena, kata Deddy Corbuzier adalah
      "Jangan pikirkan banyak pihak diantaramu jika ingin sukses. Terkadang, sukses harus mengabaikan pihak lain. Tidak bisa kamu membahagiakan semuanya, selagi dirimu sendiri belum bahagia"
Untuk seseorang yang mungkin mau baca ini atau mungkin tidak akan baca, aku minta maaf tidak pernah konsisten, tidak pernah menjadi yang dimau, tidak pernah menjadi yang dibanggakan, tidak pernah menjadi yang terbaik. Maaf juga, aku tidak benar-benar kuat membaca tulisan-tulisan milikmu. Maaf, aku tidak berani mengungkapkan sepenggal kalimat "Mengapa baru sekarang mempertimbangkan 'status'? Mengapa tidak dari 3 tahun lalu?". Aku, selalu mengecewakan, egois, dan apapun itu. Tapi, apa aku tidak akan pernah pantas untuk sesuatu yang bisa diibaratkan dengan keabadian?. Memiliki keabadian itu, hanya satu-satunya yang selalu aku mau, walau itu cuma satu. Kemudian, aku hanya ingin bertanya sekali lagi, "Apa aku tidak pernah membuatmu bahagia?" Jika tidak, mengapa selalu padaku? Tidak pada yang lain? Aku hanya takut kehilangan. Kehilangan yang selalu membayang dari kecil. Karena, sejujurnya, yang terbaik adalah kamu. Tapi, aku tidak bisa menjadi yang terbaik.

Go ahead, find your best peoples out there.
But, not me. Forgive me this time.
Thank you for the friendship.

17:14
27 Septermber 2013
Dari September,
Bulan yang paling emosional.

Sunday 8 September 2013

Selamat malam, terakhir, kamu tidak membalas pesanku. Sudah terlelap atau memang sengaja? Yah, aku pikir saja kamu sudah terlelap. Akhir-akhir ini, aku susah tidur. Sama seperti kamu dulu. Hanya saja yang berbeda, aku rela untuk menemani sampai pagi walaupun pada akhirnya aku terlelap juga. Tapi, kamu? Tidak ada, tidak pernah ada. Lagipula, kamu bilang, kamu terlalu sibuk dan akhirnya terlalu lelah. Aku coba pahami, aku mengerti, tetapi rasanya ada yang hilang. Terbiasa dengan ucapan Goodnight itu luntur. Jangankan tentang goodnight, mengingat untuk membalas pesanku saja sudah susah. Aku tau, kamu bukan dan kamu tidak pernah menjadi milikku, tapi sikapmu membuatku merasa memiliki. Entahlah, semenjak kita pisah, rasanya kita tak lagi sama. Kau tak lagi peduli denganku.

Kamu, kamu pernah ada di satu bab di dalam novel hayalanku. Dan, setiap malam aku membacanya. Setiap percakapan yang nyaman, aku mengingatnya, hafal dengan begitu saja. Setiap waktu, aku ingat. Aku ingat setiap detilnya. Dari waktu kamu bangun sampai kamu tidur. Tapi, apa kamu ingat tentangku? Aku rasa, tidak. Rasanya, jika doaku hisa langsung tembus sampai kepada-Nya, aku mohon waktu lalu di tanggal 7 maret, sore itu, aku mohon tidak didekatkan denganmu. Aku mohon sadarkan saat-saat lalu. Aku mohon bisa mengulang waktu. Tapi, apa daya? Aku tidak bisa.

Malam ini terlalu larut. Larut dalam kata-kata yang tak pernah tersampaikan. It's nothing. Karena, mengumpulkan keberanian sebenarnya bukan mustahil, hanya saja aku ragu. Aku memainkan hipotesaku dan aku takut hipotesa itu hasilnya fatal dengan lagi. Aku takut. Aku masih takut,masih belum mau rela untuk melepasmu. Aku masih takut dihantui rasa-rasa yang sama seperti orang kemarin sebelum kamu. Aku masih ingin bernyaman padamu, tapi, aku anggap itu tidak mungkin lagi. Dan, saat aku mengingatmu, hanya barisan-barisan doaku yang siap memelukmu dengan tangan tuhan. Semoga, semoga saja kamu selalu baik. Selalu bersenang, tidak seperti aku, di sini, mencoba untuk kembali mencicipi kenyataan. Aku pulang, aku tinggalkan 'rumah' kita yang lalu, yang hampir roboh digerogoti perasaan. Kamu pulang dahulu dan aku masih merawat rumah itu. Tapi, sekarang? Aku tidak sanggup. Aku pulang pada malam ini.

00:07
Malam ini, malam kesekian kalinya kamu tidak membalas pesan.
Kita yang tidak pernah lagi kembali.

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff