Wednesday 20 April 2016

Gue pengen curhat
Lebay tapi.

Tapi ini blog gue, jadi yaudah.

Bentar lagi gue perpisahan,
Gue tau, sih, nangisin perpisahan tuh udah kayak ana-anak yang bisa cuma nangis, gak mikir ke depan.
Gue tau, perpisahan itu cuma simbol kalo kita berakhir di suatu tempat, bukan berarti selesai di ujung situ, masih ada dimensi waktu di depan.

Tapi, siapa yang tahu kalo kita masih ada waktu?
Sebelum pisah, gue pengen ketemu sama kelompok gue, yang dulu.

Gue pengen nonton film bareng.
The Conjuring, Annabelle dan Insidious 3.
Gue juga pengen ngumpul-ngumpul. Di rumah Harkit atau di Taman Vic.
Gue pengen lagi jalan-jalan.
Naik mobil atau naik motor, ke Serpong sampe Kampung Nirwana.
Gue pengen bareng-bareng lagi.

Gue pengen denger notifikasi LINE yang gak berenti sampe 99+
Gue pengen denger, "Main gak butuh modal yang penting gawe".

Iya, gue pengen ngumpul. Sebentar aja, 1 jam juga jadi.

Gue mau ngumpul buat terakhir kali.
Terakhirnya terakhir.

Tapi gue gak mau ngomong, itu salahnya gue.
Karena gue takut, gue cuma angin lewat dan ngeganggu aktivitas orang lain.

Iya, cuma gue aja yang belum move-on. Yang lain keliatannya baik-baik aja, sih.

Berarti, gue aja kali ya yang harus mengurungkan niat gue.
Jadi, yaudah.
Thanks

Wednesday 13 April 2016



 
Posteight'11,
Lagi-lagi Posteight'11 di tahun kedua lanjut ke tahun ketiga.
Hari ini udah tinggal nganggur, ya walaupun masih berjuang buat SBMPTN,
Sekarang tinggal countdown-nya perpisahan aja.

Sebelumnya, kita sibuk masing-masing mengisi otak dengan pelajaran,
Kita sibuk jajan es teh, sibuk ke kantin pas jam pelajaran kosong.
Kita sibuk memilih universitas, mana yang cocok dan mana yang bakal kecapai.
Dan kita sibuk mengabadikan hari-hari terakhir serta sibuk mempertahankan solidaritas.


Lagi-lagi, kita masih sibuk.
Sibuk berdoa untuk masuk PTN,
Sibuk mikir, "Foto gue di BTS bagus, ga, ya?"
Terakhir,
Kita sibuk memilih tempat perpisahan dan kebaya atau jas apa yang akan dipakai nanti?

Ironinya, dari sibuk itu, kalian terlihat lupa apa itu perpisahan.
Kadang gue bertanya-tanya,
Kenapa di perpisahan itu, kita harus memakai tempat megah saat hati-hati kita kecut karena tahu bisa saja besok tidak bertemu lagi.
Kenapa kita harus memakai pakaian-pakaian berwarna saat sebenarnya hanya hitam dan putih yang pas?
Kenapa harus ada perayaan sebelum perpisahan?

Mungkin jawabannya memang klise,
Bahwa perpisahan pantas untuk dirayakan sebagai hari terakhir yang menyenangkan dan di perayaan itu, setiap orang bisa mengingat memori yang dulu, karena, siapa yang tahu jika memori tersebut nanti akan hilang tertumpuk dengan yang baru.

Ternyata, kita sudah hampir di ujung waktu, 3 tahun bareng itu gak sebentar. Banyak teori-teori kehidupan yang bisa diambil.
Sudah bisa dibilang dewasa, karena katanya, sehabis SMA adalah dunia yang mengerikan. 
Rengek-merengek tentang perpisahan rasanya kekanakkan, tapi tidak munafik untuk diungkapkan.
Rengek-merengek tentang tidak mau berpisah juga kekanakkan, tapi wajar. Karena sehabis ini, kita tahu bahwa realita memang sewenng-wenang menentukan hubungan manusia.

Kita sama-sama tahu perpisahan itu ada, sama-sama tahu janji saling berkontak itu bullshit, tapi apa salahnya sama-sama berdoa untuk mewujdukan wacana bertemu di hari lain?

Ingat di saat bersama naik ke atas tangkuban perahu dan ingat di atas punggung Bromo. Jangan lupa juga tentang menang di Hari Kartini dan hampir menang di Pusel Delta.


Jangan lupa pernah menang perkusi kelas 10.

Tangkuban.

Kelas 11, menang, yak?

Putri Delta.

...

Jangan lupain Pak Ari.
Hehe,
lebay, sih, tapi gak apalah.
Bye, moga-moga sukses, ya, entar.



Sunday 10 April 2016

Ingat, aku hanya bercanda menulis ini.

-Aku lelah menulis-

Aku lelah menulis surat cinta untukmu,
Karena tumpukkan surat ini sudah membentuk buku setebal novel Harry Potter.

Aku lelah menulis surat menangis,
Karena aku kehabisan kata untuk mengeluhkan apa yang harus kutangisi.

Aku lelah menulis surat bahagia,
Karena bahagia mudah sekali aku dapatkan hanya karena melihat ujung rambutmu.

Aku lelah menulis surat peringatan,
Karena peringatanku untukmu tidak pernah dibaca, iya, karena memang tidak sampai.

Aku lelah menulis surat perintah,
Karena apa yang aku perintahkan tidaklah wajar, seperti, jangan mengajakku berbicara bahkan perintah menjauhiku.

Aku lelah menulis humor,
Karena humorku akhir-akhir ini sedang gagu dan kau pun tidak lagi membacanya

Aku lelah menulis teka-teki,
Karena teka-teki itu tentang rasaku yang bahkam kamu tidak bisa membaca tulisanku apalagi mengartikannya.

Aku lelah menulis berita,
Karena terlalu banyak berita tentangmu yang harus aku tulis agar tidak lupa. Tentang senyum pertamamu denganku, tentang wanita di jok belakangmu, tentang perilakumu, tentang humormu.

Aku lelah menulis,
Termasuk menulis kata 'so sweet' di akun orang yang memajang foto denganmu ataupun orang lain dengan relationship goal masing-masing.

Aku lelah menulis ini semua,
Aku ingin berhenti menulis tapi tidak juga ingin melupakanmu.

Aku ingin istirahat, sebentar saja sampai jemariku tidak kaku lagi dan bibir tidak kelu lagi.

Dan aku ingin menulis surat lain,
Seperti surat cinta yang asli.

Yang berisi tentang kita, bukan hanya kamu, bukan hanya aku.

Aku ingin menulis perangaimu sampai satu eksemplar.

Aku ingin menulis caption tentang foto yang bisa aku pasang.

Satu lagi,
Aku ingin berhenti,
Berhenti menulis bahwa surat seperti ini adalah bercanda.

Jadi, gue adalah anak kelas 3 yang lagi Ujian Nasional.
Iya gue tau ini udah tanggal 10 April, dan UN udah lewat semenjak 4 hari lalu. Taoi itu UN pbt, yang pake kertas.

Gue anak Cbt, Computer based test dengan kata lain, gue ujian 6 hari. Senin, selasa, rabu, kamis, senin, selasa. Iya, longkap 3 hari.

CBT punya positif dan negatif. Positifnya, gue gak perlu nyari pensil 2B, rautan, dan teman-temannya.
Gue pun gak perlu ngebuletin jawaban yang memakan waktu 5 detik.
Gak perlu salah ngisi nomor.
Gak perlu merhatiin garis keluar.

Dan...
Negatifnya adalah
Gue Ujian lebih lama
Server bisa aja ada kendala
Dan ada pembagian sesi.

Nah, Kita ini dibagi jadi 3 sesi.

Sesi 1: 7.30 - 9.30
Sesi 2: 10.30 - 12.30
Sesi 3: 14.00 - 16.00

Yang paling mager itu kalo dapet sesi 3, siang banget dan rasanya udah keburu ngantuk.
Tapi yang paling enak, juga sesi 3, bisa tidur siang bentar. Wk

Nah.. gue gak keberatan dengan cbt, malah gue mendukung, karena minim biaya dan minim human error, maybe.

Terus, gue juga pengen cerita jadi anak IPS 3 tahun.

You kno wut? Jadi anak IPS tidak semudah meme buatan orang..
Yang katanya, sering ada jam kosong
Katanya materinya gampang
Katanya jawab soal mah tinggal tutup mata
Katanya, tasnya pada kosong melompong.

NO.

Rasain dulu jadi anak IPS. Ya mungkin ini di sekolah gue. Tapi, serius, anak IPS gak boleh digituin..

Pada mikir, 'yaelah sosiologi mah kaga usah belajar'.
Rasain dulu ngerjain soalnya. 5 pilihan, dan semuanya bener. Lu harus jawab mana yg paling bener.

Geografi, lu gak bisa nerka2, mana lempeng samudra mana lempeng benua. Intinya belajar.

Dan satu lagi, ekonomi. Fakuy otak gue emang udah bebel.

Gue belajar IPS, lebih seneng belajar Geografi, Sosiologi, dan sejarah. Entah kenapa ekonomi tiada di hati gue. Secuil pun, yah setidaknya teori kebijakan moneter dan kebijak fiskal sih.

Karena..

-gue akan mulai mendramatisir-

Belajar geografi,
Secara gak langsung, gue itu mempelajari bagaimana alam bekerja. Dan itu sangat amazin. Bagaimana Allah menciptakan alam, dari darat, air sampai udara dapat bekerja dengan seimbang.
Membuat gue pengen tahu tentang pelajaran geografi.

Belajar sosiologi
Ini juga sangat keren. Gue mempelajari bagaimana masyarakat dan kelakuannya. Gue bisa bergaul di dalam kehidupan, lalu muncullah kelompok sosial, ujungnya bisa integrasi kuat atau disintegrasi. Dan sekarang, semua teori sosiologi tuh masuk akal, karena memang manusia itu ya begitu..

Dan Sejarah,
Sejarah yang bikin gue suka sama IPS. Karena mempelajari masa lalu dapat membangun masa depan. Keren rasanya pas lo tahu perkembangan bumi dari dulu sampe sekarang, perkembangan manusia dari monyet sampe jadi ganteng.
Konflik besar yang dulu ada, penemuan-penemuan.

Kenapa gue gak suka ekonomi?

Gue rasa, Ekonomi menyebabkan kekacauan di 3 ilmu yang gue sukai.

Geografi.
Alam semakin habis karena kepentingan ekonomi

Sejarah,
Ya.. emang gak ada hubungannya, sih.

Sosiologi
Disintegrasi di realita biasanya karena apa?
Karena uang.

Ekonomi yang ada di benak gue itu selalu berbicara uang, uang yang membudaki manusia, uang yang bisa menghabiskan alam, uang yang bisa mengganti sejarah.

Entah, gue gak bisa meninggalkan interpretasi tentang ekonomi.

Dan IPS menyadarkan gue,

Bahwa Allah itu memang MahaEsa,
Alam berjalan dengan teratur,

Bahwa manusia itu hebat.
Yang beda cuma niat dan usaha,

Bahwa masyarakat dapat bekerja sama,
Jika ada kepentingan.

Bahwa ekonomi adalah hal yang paling penting di dunia.

Dan itulah testimoni CBT beserta pelajaran IPS gue.
Doakan gue lulus, ya.

Friday 1 April 2016

Di H-3 Ujian ini, sekilas aku melihat roda kehidupan yang berbalik.

Sekilas aku melihat aspal yang kita kotori.

Aspal yang kita kotori dengan tawa atau caci maki,
Aspal yang kita injak dengan telapak kaki atau sol sepatu
Dengan roda dua atau roda empat

Melihat bangunan-bangunan ini membuat aku terenyuh. Rasanya ringkih.

Kenapa otak seperti tidak mau melepaskan memorinya?

Aku ditanya, "Sekolahmu sudah mau habis, bagaimana itu?"

Apanya yang bagaimana? Apa yang harus aku jawab di saat aku bersedih ingin berpisah tetapi di sisi lain, aku sangat bosan di dalam tempayan.

Akhirnya, aku menjawab, "Yasudah, bagaimana lagi?"

"Bagaimana dengan orang-orangmu dan yang lainnya tentang sekolah?" celetuk si Penanya.

"Apa? Orang-orangku?" aku mengernyit dan ia mengangguk.

Tidakkah ku salah dengar? Ada yang menanyaiku tentang sekumpulan orang.
Hahahahaha, aku sangat ingin tertawa keras.

Tidakkah ingat? Sekumpulan itu tertinggal di aspal-aspal kenangan.
Tidakkah ingat? Sekumpulanku hanya hidup di dalam galeri.
Tidakkah ingat? Tawanya hanya hidup di dalam voice-note.

"Yasudah, mereka punya hidup sendiri." Aku menjawab.

"Apa kau tidak sadar mereka semua marah denganmu?" ia angkat bicara lagi.

"Mereka memang seharusnya marah denganku." Tatapku kepada matanya yang hitam di dalam genangan air coklat pada aspal yang rusak.

"Aku menyeka air matamu bukan karena peduli.
Menyelipkan anak rambutmu ke belakang telinga bukan karena kamu terlihat cantik.

Perangaimu sama seperti orang-orang yang kamu benci,
Seperti sudah bercermin pada segala umpatanmu,
Air mata ini hanya sandiwara panggung!

Kamu tidak pernah tulus mengeluarkannya.
Kamu terlalu sering bersembunyi di balik sajak, padahal kamu melempari manusia-manusia dengan sajak pesakitan yang kamu buat.

Manusia-manusia itu kesakitan melihatmu,
Ingin menancapkan pisau, setidaknya jarum di atas kulitmu yang gosong.

Musik tidak pernah kamu jadikan obat tiga kali seharimu.

Ini salahmu, bodoh!

Bahkan cermin tidak ingin merefleksikanmu.
Berapa banyak topeng yang kau punya?
Berapa banyak boneka kayu yang kau pahat?
Berapa banyak lembar yang kau umpat?

Otakmu masih sedap karena tidak pernah dipakai.
Matamu masih jernih karena tidak dapat melihat pedih,
Telingamu tuli, tidak dapat mendengar tangisan

Kamu selalu marah dengan alasan ini itu padahal kaulah penyebabnya.

Dasar kau,
Pemarah! Pecundang!

Kau tidak pernah tahu orang-orang berbisik tentangmu.
Kau tidak pernah bisa memberhentikan mulutmu.

Untuk apa menangis karena ditinggalkan kesayanganmu?

Kamu pantas ditinggalkan."

Teriakku di depan cermin,
kepada Aku yang lain,
Yang terjebak di dalamnya.

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff