Friday 1 April 2016

Sajak Bercermin

No comments:
 

"Aku menyeka air matamu bukan karena peduli.
Menyelipkan anak rambutmu ke belakang telinga bukan karena kamu terlihat cantik.

Perangaimu sama seperti orang-orang yang kamu benci,
Seperti sudah bercermin pada segala umpatanmu,
Air mata ini hanya sandiwara panggung!

Kamu tidak pernah tulus mengeluarkannya.
Kamu terlalu sering bersembunyi di balik sajak, padahal kamu melempari manusia-manusia dengan sajak pesakitan yang kamu buat.

Manusia-manusia itu kesakitan melihatmu,
Ingin menancapkan pisau, setidaknya jarum di atas kulitmu yang gosong.

Musik tidak pernah kamu jadikan obat tiga kali seharimu.

Ini salahmu, bodoh!

Bahkan cermin tidak ingin merefleksikanmu.
Berapa banyak topeng yang kau punya?
Berapa banyak boneka kayu yang kau pahat?
Berapa banyak lembar yang kau umpat?

Otakmu masih sedap karena tidak pernah dipakai.
Matamu masih jernih karena tidak dapat melihat pedih,
Telingamu tuli, tidak dapat mendengar tangisan

Kamu selalu marah dengan alasan ini itu padahal kaulah penyebabnya.

Dasar kau,
Pemarah! Pecundang!

Kau tidak pernah tahu orang-orang berbisik tentangmu.
Kau tidak pernah bisa memberhentikan mulutmu.

Untuk apa menangis karena ditinggalkan kesayanganmu?

Kamu pantas ditinggalkan."

Teriakku di depan cermin,
kepada Aku yang lain,
Yang terjebak di dalamnya.

No comments:

Post a Comment

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff