Monday 29 December 2014

Hello, hari ini libur.
2014 is over, bud!! Sangat cepat tahun ini berlalu. Sayangnya, 2014 gue belum melakukan apa-apa dan tidak ada kesan apa-apa..
Dan selamat datang 2015, gue siap untuk melakukan hal bermanfaat di tahun 15.
Pada 2015, yang sedihnya adalah usia gue masih 16 tahun, dan teman-teman sudah 17 tahun sudah memegang sim dan ktp, men.
Kabar baiknya, i'm still young.

Nah, jadi hari ini gue mau membahas tentang cita-cita.
Cita-cita adalah impian yang harus diraih dan dikejar dengan semangat penuh, niat penuh juga usaha #saik.
Maksud gue, kemana sih selama ini tujuan hidup lo? Cita-cita lo itu apa? Anehnya, kalo bertanya ini pada adik-adik kecil kita yang masih SD, cita-cita hanyalah sebatas pilot, guru, dokter, montir (enggak, sih). Ya, karena mereka cuma tau itulah pekerjaan hebat.

Semakin adik-adik itu beranjak usia, mereka akan tau profesi-profesi lain yang hebat. Misalnya saja mereka sudah masuk SMP, jika ditanya, mereka akan jawab, DPR, Arsitek, Dj, Dj, Dj. Oke cukup dengan Dj.
Dj adalah profesi paling mahsyur di kalangan remaja SMP jaman sekarang. Sampai pada bayangan masa depan nanti, di suatu jalan publik, ada seseorang terjatuh karena penyakit jantung, dan orang-orang yang berkerumun mayoritas Dj dan tidak tau harus melakukan apa-apa. #ironi.
Apalagi mungkin, Dj itu kan di.. Realistis aja, Dj itu kerjanya mayoritas di club. Banyaknya Dj, akan menambah banyaknya club yang berdiri. Lalu lahan habis, dan para Dj menganggur menjadi pengangguran deflationer, buka usaha sendiri dengan Dj keliling.
Nggak, sih, itu teori saya aja.

Oke, bayangkan lagi adik-adik itu sudah masuk SMA, lebih luas lagi wawasan yang dicapai. Jika ditanya lagi, mereka sudah bisa menjawab, TNI, Dosen, HI, Hukum, Sutradara, sutradara, pokoknya sutradara.
Iya, sutradara. Jaman 2014, jurusan kuliah DKV makin digandrungi. Gue, sebagai peminat jurusan itu merasa ragu. Jurusan ini banyak banget, men yang mau. Nanti, misalnya gue lulus, anak DKVnya banyak, perusahaannya sedikit, yah, DKV sih bisa usahaan sendiri, sih. Tapi, ya gitulah..
Kalo ditanya kenapa mau masuk DKV, karena pengen bisa desain aja keren. DKVitutidaksekedardesain.

Jadi, apa intinya gue menulis ini ribet-ribet? Karena menurut gue cita-cita anak sekarang adalah cita-cita jamanan. Sesuai musim.

Dan gue? Kalo lo tanya cita-cita gue apa, lo gak bisa dapet jawaban sekarang.
Gue masih belum tau profesi apa yang harus gue geluti. Yang pasti, dengan semangat nasionalisme, tanpa etnosentrisme dan primordialisme, cita-cita gue semenjak SMP adalah mengambil peran dalam memajukan negri tercinta, Tanah Air Ibu Pertiwi, Indonesia Raya. #saik. Dari bidang manapun.

Cita-cita gue itu sebenernya ironi. SD, gue pengen jadi Dj, itu tahun 2008. Tahun itu, gue selalu dapet perkataan "ngapain jadi Dj, gak keren lo," dari teman-teman gue. Bokap gue pun bilang, "Jadi Dj emang tahan tuh di club,". Dan akhirnya, gue melipat kertas cita-cita itu lalu gue buang.
Dan sekarang, Dj is a famous job ever. Sial. Tapi gue emang ga tertarik lagi, sih.. Maksiat, astagfirullah. Lagian, seni gue tidak jago dalam bidang musik.

SMP, tahun 2012, gue mau jadi sutradara. Alasannya klise, gue mau buat film, tentang Indonesia. Klise pula, gue mau orang-orang sehabis nonton film gue akan bilang " Gila, keren banget, nih, film". Gue mau apresiasi orang-orang.
2013, gue berbelok dan mau jadi animator, di PIXAR, dimana, kek. Gue mau memperbaiki animasi anak Indonesia, kalo bisa.
Dan sebenernya, dua cita-cita itu masih gue pegang, dengan setengah hati.

Masuk SMA, jiwa nasionalisme gue semakin berkobar. Dengan masuknya gue ke jurusan IPS, gue mau ambil peran dalam pemerintahan. Setidaknya, kursi mentri. Hahaha. Gue mau Indonesia tidak lagi sia-sia.
Ini emang lebay, tapi asal tau, aja, Indonesia ini negara yang semuanya ada. Apa pun itu. SDM, SDA, semuanya. 1 yang kita ga punya, kerja sama yang kompak, dan nasionalisme yang konsisten.

Thx.
Sampe sekarang, gue masih bingung harus ambil cita-cita apa.

Apapun cita-cita yang lo gandrungi,
"a smooth sea, never made a skillful sailor"

Thursday 18 December 2014

Hal ini sangat rumit. Seperti benang merah yang kusut di tengahnya. Mungkin, tidak hanya kusut, benang itu sudah ada yang hangus, basah, entahlah apapun itu.

Malaikat pun terlihat menyerah mengembalikan bentuk benang seperti semula.

Malaikat pun menyerah, mereka sudah terus membujuk saya untuk berusaha tentang benang kusut itu.

Malaikat pun menyerah, sampai mereka menolak pernyataan "Malaikat yang tahu siapa juaranya". Mereka tidak bisa menentukan siapa juaranya. Juara yang memiliki rasa paling istimewa untuk anda. Mereka masih menimbang siapa yang paling hebat, saya atau wanita lainnya?.
Karena katanya, rasa itu adalah rasa yang sangat abstrak hari ini. Semua bisa jadi juara, karena di setiap hati yang berperan, pasti selalu ada peran yang paling hebat. Bukan cuma itu, semua pula bisa jadi pecundang, karena pada dasarnya, rasa yang tak terbalas pasti berkobar lalu merah dan menjadi hitam. Siapa yang tahan?.

Malaikat pun menyerah untuk menyatukan benang anda dengan saya. Sama-sama terlalu kusut.

Malaikat pun menyerah. Mereka melapisi sebongkah daging milik saya dengan besi dan dijaga dengan dua pintu. Agar saya tidak lagi berdarah, katanya.

Mereka tersenyum dengan raut wajah kecewa karena mereka menyerah. Senyum itu membujuk saya untuk selalu bersyukur.

Biarlah benang istimewa itu tidak akan bersatu. Para malaikat tahu benang itu akan bersatu dengan siapa. Lalu mereka medukung untuk selalu berjalan melewati tandusnya tanah, menuju padang rumput.

Dari sana, saya selalu berjalan. Ke arah mana saja, utara, selatan, barat atau timur. Dari sana, saya tahu ada kekuatan hebat selain kebetulan-kebetulan yang terjadi.

Malaikat pun menyerah, tapi mereka tahu bila anda bertanya tentang saya, mereka akan jawab dengan:

Rasakan sukanya seseorang yang telah menyerah.
Bayangkan cintanya seseorang yang telah bungkam.
Dan, Pikirkan rasa yang akhirnya tidak akan pernah hidup lagi.

Thursday 13 November 2014

Sudah 2 musim hujan.
Sudah ribuan tetes air yang menbasahi ribuan hektar tanah pula.
Sudah banyak yang sengaja mengembangkan payungnya di 2 musim hujan ini.
Sudah ada jaket yang empunya berganti setiap dingin menusuk.

Sudah 2 musim hujan.
Sudah 2 musim hujan saya bersama, satu ruangan, dijarak hanya oleh ubin dengan anda.
Artinya, sudah 1 tahun dan 1 bulan.
Sudah 2 musim hujan pula saya mengaduk rasa ini. Meracik, lalu, sebelum basi, saya akan selalu menghangatkannya kembali. Tidak tahu kapan rasa ini berlabel expired.

Tidak tahu mengapa saya beri kata "Perayaan". Hanya karena rasanya memang harus dirayakan.
Merayakan semua harum Petrichor yang saya hirup sembari membuka jendela percakapan saya dengan anda.
Merayakan senandung yang diciptakan oleh benturan tetesan dengan genting sambil saya menyembunyikan pipi merah saat bertukar cerita dengan anda.
Merayakan daun yang menggigil lirih kebasahan seraya saya menyembunyikan wajah di bawah bantal karena saya terlalu angkuh untuk mengakui adanya peran 'mawar' yang lain.
Merayakan petir yang menyulut seolah saya terbawa arus listrik yang menusuk karena saya terlalu egois menginginkan janji yang muluk-muluk.

Sudah 2 musim hujan saya merayakan rasa ini.
Saya kira kebetulan yang datang bertubi-tubi adalah jawaban positif dari semesta, tetapi,
Harapan malah jadi asa yang hampir putus.

Mari lihat sudah berapa lama hujan di luar menyelimuti saya.
Mari lihat dimana dan bagaimana saya akan terbangun.
Suara petir atau bunga tidur yang punya rasa kuat?
Karena, setahu saya, bunga tidur yang saya mekarkan kebanyakan berisi tentang anda.

Semesta punya rahasia tentang semua pintu yang masih ditutup bahkan dirantai.
Mengeluh dan marahlah bila itu perlu.
Saya sudah melakukan itu semua. Mengeluh, marah, lalu menuntut seperti orang sakit hati dan sakit jiwa.
Karena dahulu, saya kira saya percaya pada hal seperti itu yang sifatnya sekokoh benteng Belanda.
Sekarang, dewasa mulai tumbuh, pikiran akan selalu terbuka walaupun saya masih selalu bertanya-tanya tentang rangkaian cerita yang belum selesai ini.

Merayakan musim hujan rasanya seperti meniup lilin di atas perahu karet.
Berdoa sebelum meniup lilin bukan hal yang tabu.
Berdoalah, karena katanya, waktu hujan adalah waktu di saat doa langsung melesat menuju lapisan ke-7.
Bertanyalah kepada Yang Maha Esa, lalu harapkanlah jawaban yang paling benar, bukan hanya baik.

Sudah 2 musim hujan,
Saya berusaha membuka payung.
Sudah 2 musim hujan pula saya berusaha menunggu anda untuk bersama di bawah payung ini.

Perayaan musim hujan akan selalu ada sampai saya menutup payung, kelelahan mencari dan membujuk anda.

Dan jangan salahkan saya tentang semua hal gila ini.

Thursday 16 October 2014

Cinta itu suatu rasa
Harusnya buat sedemikian kokoh seperti tanduk rusa.

Cinta itu abstrak, tidak ada kontrak dan jangan sampai buat tersedak.

Cinta itu kadang tidak bisa ditebak, menang hebat atau malah kalah telak.

Bahkan harusnya cinta adalah penyemangat rasa, bukan jadi pendorong siksa.

Cinta itu apa?
Cinta itu relatif, hal tentang optimis dan pesimis. Buat teriris atau malah buat klimis. Cinta bukan sekedar fantasi, cinta itu hal yang mengisi. Melengkapi sampai yang retak jadi semu, malah sembuh.

Hebatnya lagi, cinta itu harusnya berakhir di pelaminan dengan senyuman, bukan di pemakaman dengan tangisan. Bukan pada kata 'Putus' di layar chat hati yang tak terurus.

Tapi, cinta tidak seharusnya selalu berjuang. Jika sudah busuk biarlah taruh di gubuk. Biar nanti hilang dalam sekali duduk tanpa rasa ingin meratap menunduk.

Pokoknya,
Cinta buat asa putus akal, bukan akal yang putus asa.

Sunday 21 September 2014

"Jangan-jangan kalian itu memang sudah digariskan!" Tegas wanita di depanku.
"Iya, digariskan! Jangan-jangan bukan hanya kebetulan!" sambungnya.
Aku menengok pria sebelahku, ia tertunduk tetapi aku bisa melihatnya sedang memikirkan sesuatu.
"Ayolah, percaya bahwa kalian akan ada hubungann" Wanita itu menekankan lagi.
Sekarang, pria di sebelahku mulai mengangkat wajahnya lalu menatapku dengan tatapan yang aku sendiri tidak tahu apa.

"Sudahlah, aku pergi saja." Elakku.
"Jangan" Tangan besar pria itu menarik lenganku yang hampir beranjak.
"Ingat tidak kalian selalu kebetulan 'bersama-sama'? Ingat game terakhir? Atau ingatkah hal-hal kecil yang selalu menampakkan kebetulan bahwa kalian kemungkinan bersama?" Matanya mulai membelalak dan aku melihat harapan juga jiwa sok tahu yang menggelegar di bola matanya.
"Game? Em, ya, aku ingat. Tapi pasti dia tidak ingat" Nadaku rendah setengah malas.
"Aku ingat!" Tegas pria itu.
"Oh, bagus." Aku jawab sekenanya.
"Hey.." kini mata pria itu terlihat indah. Pupilnya membesar dan aku bisa melihat bayanganku di sana.
"Ada apa? Kamu tidak akan mempercayai omongan ia, kan?"
"Hey, sebenarnya aku tahu perasaanmu sejak dulu" Tetiba suasana menjadi serius.
"Rasa apa?"
"Aku tahu kalau kamu pasti tahu apa yang aku maksud"
"Oke, aku mengaku. Aku depresi dengan segala kebetulan ini. Rasanya ada yang memberiku kesempatan tetapi di samping itu.. Entahlah" Kalimat itu keluar tanpa kontrol.
"Tapi, tahukah? Aku juga sering memikirkan kebetulan ini." Ia menundukkan wajahnya lalu menegakkan lagi. Ternyata rambutnya sudah dicukur ala trend hari ini. Pria ini, mengapa selalu jadi kesukaanku? Haha.

"Memikirkan bahwa itu tidak mungkin, kan?"

"Kebalikkannya, bahwa itu mungkin. Apa kita bisa bersama?" Tangannya melepaskan lenganku.

Aku terdiam tidak tahu harus jawab apa sedangkan yang ada di dalam diri ini sedang riuh. Mendengar itu rasanya organ di dalam ingan meloncat saling berpelukkan.

"Aku menunggu jawaban" Jelasnya.
"Jawablah jangan ragu" si Wanita mulai berbicara lagi.

"Iya, tentu kita bisa ber..."
-

"Astagfirullah!" Saya spontan membuka mata.
"Tap-tap-tap-tap-tap" Handphone bercase putih sudah bergetar sebagai pengingat untuk bangun pukul 5.

"Sial! Selalu saja cuma mimpi" saya menggerutu.
Iya, sering sekali hanya bunga indah hasil terlelap. Yah, sial.

Thursday 4 September 2014

Gue lelah, bukan menyerah.
Iya, gue lelah dengan rutinitas SMA ini. Gue ga pernah bisa bagi-bagi waktu.

Pr, tugas, dan segala rupa yang berbau itu telah 75% menghancurkan istirahat gue. Ya gue tau sih, Pr itu memang kewajiban murid, tapi kok rasanya kewajiban yang satu ini berat sekali? -_-

Bayangkan berangkat setengah 7 pagi, pulang jam 3 sore, les dan pulang jam setengah 8, lalu sampai rumah belum bisa angkat kaki rebahan di kasur, tapi, kerjain Pr dulu.

Belum lagi Bapak Mentri Pendidikan yang agak semena-mena mengeluarkan kurikulum 2013. It's so Sickening. Kebijakan bahwa katanya anak-anak kelinci 2013 akan menghadapi 2 kali UN. Lalu, harus lulus dengan skripsi.

Ya Allah, hambamu ini sudah berada pada ujung batas kesabaran.
Ya Allah, sebeginikah Negri Garuda?

Punya cita-cita memajukan negri sendiri itu mulia, tapi memang banyak halang rintangnya. Jangankan negara, gue pribadi sukses pun masih diproses. Kalau bisa gue sukses, sekalian negara ini pun sukses.

Banyak yang bilang pada kami,
"Ayo, nak, 20-25 tahun lagi harus kamu yang duduk di sana memperbaiki negara ini."

Jangankan 20-25 tahun, dalam ancang-ancang 15 tahun ke depan pun gue sudah ada rencana.

Jadi sebenarnya ini apa?-_-
Gue cuma lelah bukan menyerah, hanya perlu menghilangkan susah, juga gelisah.

Thx

Sunday 24 August 2014

Hari ini saya mulai membayangkan masa depan.
Mengerikan.

Mengerikan bagaimana saya nanti merawat anak saya hanya dengan satu tombol.

Mengerikan bagaimana nanti anak saya diajarkan berjalan dengan robot pintar karena orang tuanya terlalu sibuk.

Mengerikan bagaimana saya membayangkan ekspresi ketakutan dari raut wajah anak saya saat menemukan kumpulan kertas di gudang yang dahulu mama papanya sebut buku.

Mengerikan bagaimana anak saya nanti tidak mengenal susah payah pergi ke sekolah karena sekolah bisa saja berbentuk online.

Mengerikan bagaimana anak saya akan selalu memegang gadgetnya seperti ia memegang obat wajibnya.

Mengerikan bagaimana ia tidak tahu rasanya keluar rumah, karena di dalam rumah sudah begitu lengkap dengan teknologi.

Mengerikan bagaimana ia tidak tahu rasanya menghirup oksigen murni, karena udara begitu tercemar.

Mengerikan bagaimana ia tidak pernah bertemu teman sejawatnya langsung, hanya lewat videocall.

Mengerikan bagaimana ia akan mengucapkan "Selamat Tidur" kepada mama papanya hanya lewat emoticon karena malas berjalan.

Mengerikan bagaimana membayangkan tidak ada lagi obrolan malam keluarga di meja makan.

Mengerikan bagaimana di saat lebaran, ia hanya berkumpul dengan saudaranya tanpa ada lisan yang bicara.

Mengerikan bagaimana ia selalu menunduk melihat layar gadgetnya.

Mengerikan ia harus selalu menambah lensa kacamata karena matanya rusak.

Mengerikan ia tidak pernah tahu rasanya berkumpul dengan teman.

Mengerikan ia tidak akan mempunyai skill lain selain mengutak-atik gadget.

Mengerikan ia akan melihat tanaman hanya dalam gambar di gadgetnya.

Mengerikan ia hanya akan melihat alam liar hewan di Youtube.

Mengerikan ia tidak mengenal perpustakaan untuk mencari referensi.

Mengerikan ia tidak pernah tahu ada orang-orang nyata di sekitarnya.

Mengerikan ia hanya punya satu teman robotnya.

Mengerikan ia tidak pernah tahu apa itu kutub es bumi.

Mengerikan saat saya membayangkan ia merasa aneh saat ia berbicara dengan sesamanya.

Mengerikan bahwa membayangkan mendapati tatapannya aneh saat mama papanya reuni dengan teman lama, tertawa, berbincang dan segalanya karena ia tidak pernah mengalami hal itu.

Terakhir, mengerikan saat membayangkan anak saya mempunyai anak yang tidak tahu apa itu dunia nyata, melainkan ia hanya tahu dunia maya.

Monday 18 August 2014

69 tahun negriku, Indonesia.
Sudah mulai pantas untuk disebut negara merdeka yang tua.

69 tahun negriku, Indonesia.
Jumat, 17 Agustus 1945, pukul 10 pagi, sang proklamator memproklamirkan merdeka, benang baru untuk hidup negri ini. Tepat 69 tahun lalu.

69 tahun negriku, Indonesia.
Saat itu pula para tokoh mulai berjibaku merancang masa depan negri ini. Setidaknya membayangkan ke depan.

69 tahun negriku, Indonesia.
69 tahun yang lalu mulai ada senyum hangat, tawa gembira juga tangis bahagia karena akan bebas, tidak lagi jadi budak.

69 tahun negriku, Indonesia.
5 butir pancasila mulai ada di dada sang garuda, lambang negara.

69 tahun negriku, Indonesia.
Hari ini di tanggal 17 Agustus 2014, bangsa negri ini mulai terasa nasionalismenya. Mungkin karena sudah lelah tetap menjadi budak semu bagi bangsa lain.

69 tahun negriku, Indonesia.
Jika jujur, saya sayang sekali dengan sepotong tanah yang disisakan di bumi oleh surga ini.

69 tahun negriku, Indonesia.
Mari bangkit bersama, merangkul segala perbedaan, juga mengedepankan visi dan misi yang sama, yaitu, Indonesia masih bisa menjadi negara terhormat dan bersaing.

69 tahun negriku, Indonesia.
Anak bangsa mumpung sedang menggebu, mari bersama melepaskan nama "Negara Berkembang" dan ubah dengan "Negara Maju".

69 tahun negriku, Indonesia.
Hari ini, di tahun 2014 ini, saya mulai tahu rasanya hati bergetar milik tokoh, veteran dan segala lapisan masyarakat 69 tahun yang lalu saat dikumandangkannya lagu "Indonesia Raya".

69 tahun negriku, Indonesia.
Indonesia Raya.

Saturday 10 May 2014

Halloooo gue mau cerita. Tenang,  ga galau kok cuma yg ini menarik buat diceritakan.
1 bulan yang lalu,  gue berlibur ria di Taman Safari Indonesia.  Pastinya gue melihat banyak hewan-hewan yang diperlakukan 'Like A Boss'.  Enak jadi hewan di sana. Diurusin,  dibilang lucu,  dikasih makan, tinggal tidur,  kalo ngelukain orang ga disalahin,  pokoknya enaklah.  Kalah deh kalo di rumah gue.

Dan lo semua pasti tau kan kalo di TSI ada suatu daerah untuk pertunjukkan2 gitu. Nah ada yang tau pertunjukkan Cowboys---apa gitu gue lupa.  Pokoknha tempat itu yang akan gue ceritakan.

Ketika di sana,  ada sesuatu hal yang,  tragis dan drama abiez.  The Cowboys ini adalah pertunjukkan yang bisa dibilang interaktif sama audiencenya.  Yg cowboynya ngomonglah,  airnya muncratlah,  sampe apinya berasa banget panasnya ke arah penonton.  Dan lo harus saksikan pertunjukkan itu!  Keren!. 

Nah gegara interaktif ini pula akan ada satu hubungan yang putus. Blam! Gue ceritakan.
Jadi,  ada seorang cewe.  Rambut kuncir kuda,  duduk paling depan kayaknya disuruh cowonya. Dan cowonya ini selalu bolak balik dari tempat duduk ke luar. Si cewe waktu adegan berlangsung duduk sendirian karena si cowo sedang ke luar.
Ada satu adegan yang cowboy memasukkan dinamit ke dalam sumur.  Otomatis dong kalo meledak airnya tumoah semua ke arah penonton. Dengan sialnya, cewe itu duduk pas sekali di depan sumur itu.
"Dar!! " air muncratttt kemana-mana. Si cewe kena muncratan paling banyak dan bajunya basah kuyup,  rambutnya basah lepek. Sangat sialnya bagi si cowo,  si cowo dateng passs banget di saat air muncrat ke si cewe.

Dengan adegan begini:
Cewe: (menatap tajam ke cowo)
Cowo: (geli liat cewe basah.  Dikira cewenya seneng)
Cewe: (berdiri sambil megang baju dan kunciran)
Cowo: (diem dan ngeliat cewenya berdiri)
Cewe: KAMU TUH YA GIMANA?! '/-$$'!!!?'/"'@-'"'!!!!!
Cowo: ya maaf sayangg
Cewe: GAK MAU TAU POKOKNYA -@$/"!!!!?!!"@
Cowo: sayy
Cewe: udahalh!  (pergi)
Cowo: (megang tangan cewe)
Cewe: (melepaskan lalu pergi)
Aktor cowboy: kita berikan tepuk tangannn (bertepuk tangan)
Penonton: huuuuuuuuuu huuuuuuuuuu (tidak ada yg bertepuk tangan)
Cowo: (dengan dramatisnya punya senyuman kecewa ke arah penonton,  karena penonton malah liatin mereka berdua)
Cowo: (mengejar)

Dan itulah yang ingin gue ceritakan. Gue termasuk orang yang ngejerit "UDEH CEWE KAYAK GITU PUTYSIN AJA!!! " dengan tanpa dosa.
Pengalaman yang menakjubkan.

Friday 18 April 2014

Nih, setelah bergalau ria dengan segala diksi kemarin, gue mau biasa lagi. gue mau bercerita dengan kata 'gue'. huahahahaha! nanti gue dibilang galau mulu, padahal kan ngepostnya jarang-jarang berarti galunya pun jarang-jarang dong. kecuali kayak dwita yang tiap detik galau, h3h3.

kadang kalo nulis postingn tapi ga dibarengi dengan galau, gue pribadi susah. hahaha secara bermelankolis itu enak tau. merayakan kemelankolisan dengan kata-kata itu adalah suatu yang berbobot. #asik.

tapi gue ga tau mau cerita apaan nih. cerita ini deh.
gue tuh lagi kosong. maksudnya, emm, pernah ga sih ngerasai lu itu ga sedih dan ga seneng, cuma hampa. itu ga enak banget. betapa mesakke diri gue di saat yang lain bercerita tersedu-sedu dan sebagiannya lagi bercerita sambil mengembangkan senyumnya. hampa. susah loh ngerasa hampa. ga seru. ga bisa nulis postingan haha. dan setau gue, hati gue itu sudah tidak bisa merasakan sakitnya 'Wanita Seberang Sana' menghampiri 'doi'. serius. setiap ngeliat, rasanya 'ah yaudahlah bodo amat'. dan itu tuh hampa hahaha apa sih ini. gue Heartless nih. gimana dong. abis udah kapok sih hahaha. yaudahlahya ini cuma iklan lewat. ehe

Sepertinya menatap wajh anda sudah menjadi daftar 'to-do-list' di keseharian saya. Tenang, saya hanya menatap anda, saya tidak berani mengembangkan perasaan sendiri. Terima kasih pula kepada dua bola mata yang sesekali sudi membalas tatapan nanar penuh kagum sekaligus rapuh milik saya ini. Sering kali ketika kabut bosan menyergap di sela-sela jam belajar, saya menyempatkan untuk menengok ke arah anda, alibi menengok sesuatu yang lain. Tapi, tak jarang pula semesta menyempatkan anda untuk memergoki saya.

Tahukah anda? setiap pandangan ini menuju anda, ada lantunan bait tentang betapa sederhananya mengagumi sekaligus tentang pesimisnya hati seorang perempuan. Hati dari pemilik dua bola mata hitam itu sudah ada yang punya walau tanpa status nyata. hati itu sudah siap untuk mengembangkan sarang indah. sayangnya, bukan untuk saya, melainkan wanita seberang sana. wanita yang mampu membuat binar anda menari riuh. wanita yang bisa membuat mata anda tersenyum walaupun bibir anda tidak terlekuk senyum sekali pun. Dan saya? saya hanya bisa termangu, sesekali menjadi seorang pengecut yang tersenyum kecut melontarkan sumpah serapah pada wanita itu. Seseklai pula saya tidak bisa menyembunyikan mata yang berkaca saat jemari wanita itu menghangatkan jemari anda, saat wanita itu menduduki kuda besi anda, dan saat anda terhipnotis dengan tawa anggunnya. seperti itukah derajat anda? jika iya, tentu saya berada nun jauh di bawah sana. wanita itu memang seperti bidadari yang terperosok jatuh ke dunia. mungkin wanita itu pun punya cinta yang lebih untuk anda. tidak seperti saya yang terkadang harus membenci anda dan menghujat anda diam-diam.

saya yakin, wanita seberang sana akan menjadi wanita yang... ah saya tidak mau munafik untuk menyebutkan 'baik' sedangkan saya selalu ragu dengan wanita itu. tapi, dunia ini pilihan. anda telah memilih waanita itu untuk menjadi majikan baru terhadap hati anda. Tenang, saya tidak apa dengan luka menganga di sini. Tenang, saya hanya akan bersedih sebentar tentang keadaan. bagaimana bisa saya bersedih dengan larutnya jika hanya ditinggalkan oleh anda dengan simbol menyatunya tangan anda dengannya, sedangkan di luar sana seseorang sedang meratapi idamannya yang sedang menggenggam buku nikah.

Thursday 6 March 2014

Ditunggu malah gagu.
Anda kemana? Saya tunggu sampai saya rela tertidur di sofa hijau ini.

Hari Minggu kemarin, mengapa anda berbeda?
Ritme kalimat anda sangat berbeda dengan biasanya yang hanya sepenggal dan terpenggal.
Dan membuat saya semakin jatuh pada anda walaupun belum ada 1 pun alasan nyata yang saya terima. Bagaimana ini?
Kembali pada pertanyaan 'terus atau gerus?' saya tidak harus bersemedi di puncak Salak sana, kan?
"sudah, biarkan saja rasa itu mengalir" kalimat itu sudah disampaikan 4 orang.
Tetapi, saya masih enggan melewati garis merah pembatas di sana. Saya masih takut.

Tapi di balik rasa takut itu ada luka yang tidak bisa ditepis sembuhnya. Seperti ada sihir, serbuk ajaib milik peri yang ditaburkan di sana setiap anda dan saya berinteraksi.
Rasa ini semakin liar, semakin sensitif untuk dipelihara.
Hanya melihatmu saja, ibaratnya seekor peliharaan yang melihat majikannya.

Mata anda yang buat saya jatuh berkali-kali. Setiap kali menatapnya, seakan jatuh cinta kembali. Tapi, yang saya khawatirkan euforia itu...
Euforia itu hanya angan yang tidak akan pernah nyata.

Hahaha, berbicara apa saya? Hal bodoh ini terus mengelilingi saya. Soal timbangan rugi dan untung sampai kiasan ilusi yang membuat harapan tinggi.
Sepertinya saya tidak akan bersamanya, layaknya cerita-cerita terdahulu.
Percaya diri saya terlalu jauh dari sifat kokoh. Belum lagi wanita kemarin terlihat masih ada bunga kepada anda.
Adakah anda sekiranya menerimanya lagi?
Atau anda memang selalu menerimanya?
Bagaimana caranya saya mencintai anda jika rantai di leher anda masih diikat majikan seberang sana?

Saya akui kali ini,
Saya memang kalah dalam pertarungan sengit kemarin. Jadi, anda tahu kan hasil dari kekalahan saya?
Saya mengaku saya berpindah pada anda, tetapi doakan saja saya, tuan.

Friday 21 February 2014

Hujan, cuaca satu ini sudah hampir menjadi kebiasaan dalam tiga bupan terakhir. Bukan maksud bersedih setiap hujan, tapi rasanya hujan yang datang setiap bersedih.

1 bulan terakhir ini jadi pertarungan sengit dilemanya hati untuk terus atau gerus perasaan yang menyerang. Satu sisi, ada yang berbisik lembut untuk meneruskannya dengan alasan positif hebat tapi di sisi lainnya ada yang berteriak untuk menggerus rasa itu dengan segala jerit kesakitannya.

Baru kali ini aku berpikir banyak untuk meneruskan jatuh cinta. Yang terakhir itu memang dahsyat tingginya jurang. Hati sampai babak belur dan trauma.

Untuk kali ini, aku memikirkan betapa untungnya memiliki euforia baru dan betapa ruginya aku akan memesan makam untuk hati jika jatuh lagi. Yang satu ini, hebat. Ia mempunyai humor yang tak berujung. Seperti biasa, aku jatuh pada laki-laki humoris.

Setiap hari melihatnya. Tidak akan bisa sehari saja aku tidak melihatnya. Karena tempat duduknya berselang kurang dari 50 ubin dari tempatku.

Awalnya aku biarkan hati mandi bola berwarna saat pertama kali aku tertarik padanya. Lama kelamaan, harumnya kekalahan makin tercium. Aku takut akan merobek segala rival yang dekat dengan ia.
Aku takut jika ia hanya pintu kosong berisi jurang lagi seperti sebelumnya.
Aku pun sadar ia memiliki derajat yang jauh di sana. Apa lagi dengan seluruh paras sempurna yang ada di dekatnya.
Hati ini tak lelap untuk sebulan terakhir. Memikirkan timbangan rugi dan untungnya.
Beri aku alasan untuk jatuh pada tuan.

Friday 7 February 2014

Cuacanya tidak mendung, tidak juga cerah.
Semesta sedang bingung hari ini hujan atau terang.
3 minggu terakhir setiap pagi jadi hari hujan.
Tak hentinya kerumunan air langit menghantam keras genting. Tak hentinya batang dan daun lirih menggigil mencari selimut.
Dan yang pasti, tak hentinya aku basah kuyup sampai sekolah.

Hari inu Sabtu, harusnya tumpukkan itu sudah rapih. Ternyata masih perlu evaluasi.
"Ga lagi-lagi gue SMA. Banyak banget PR.."  gumamku setiap pagi.

2 minggu terakhir jadi pekan paling beramanat dan yang paling menuai literatur. Lihat memo di handphoneku, itu kata-kata dari dewi fortuna? Takjub aku lihat kerja otak yang spontan itu. Walaupun tulisan itu tidak semahakarya Andrea Hirata, Winna Efendi atau Raditya Dika. Tapi itu maha karya otak ku jika sedang gila.

Sabtu Kalut, ia bertanya pada kegiatanku, adakah jam kosong?
Sudah 2 Sabtu ia bertanya seperti itu. Lagi-lagi aku jawab, Tidak.
Lagaku seperti pejabat korupsi yang berkali-kali diundang KPK.
Tapi, memang aku jujur, aku tidak bisa. Hari kemarin harus kumpul, hari ini harus kumpul.
Untung ada obat stress secara LIVE disematkan Tuhan di beberapa sesi hidupku setiap hari.

Tapi sebenarnya inti dari ini,
Sabtu ini kalut, tugas dimana-mana. Belum selesai satu tugas tambah lagi dua tugas. Mengapa tugasku tidak didasari dengan lagu anak ayam?
"Tekotek kotek kotek anak ayam turun 5 mati 1 tinggal 4"

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff