Thursday 13 November 2014

Sudah 2 musim hujan.
Sudah ribuan tetes air yang menbasahi ribuan hektar tanah pula.
Sudah banyak yang sengaja mengembangkan payungnya di 2 musim hujan ini.
Sudah ada jaket yang empunya berganti setiap dingin menusuk.

Sudah 2 musim hujan.
Sudah 2 musim hujan saya bersama, satu ruangan, dijarak hanya oleh ubin dengan anda.
Artinya, sudah 1 tahun dan 1 bulan.
Sudah 2 musim hujan pula saya mengaduk rasa ini. Meracik, lalu, sebelum basi, saya akan selalu menghangatkannya kembali. Tidak tahu kapan rasa ini berlabel expired.

Tidak tahu mengapa saya beri kata "Perayaan". Hanya karena rasanya memang harus dirayakan.
Merayakan semua harum Petrichor yang saya hirup sembari membuka jendela percakapan saya dengan anda.
Merayakan senandung yang diciptakan oleh benturan tetesan dengan genting sambil saya menyembunyikan pipi merah saat bertukar cerita dengan anda.
Merayakan daun yang menggigil lirih kebasahan seraya saya menyembunyikan wajah di bawah bantal karena saya terlalu angkuh untuk mengakui adanya peran 'mawar' yang lain.
Merayakan petir yang menyulut seolah saya terbawa arus listrik yang menusuk karena saya terlalu egois menginginkan janji yang muluk-muluk.

Sudah 2 musim hujan saya merayakan rasa ini.
Saya kira kebetulan yang datang bertubi-tubi adalah jawaban positif dari semesta, tetapi,
Harapan malah jadi asa yang hampir putus.

Mari lihat sudah berapa lama hujan di luar menyelimuti saya.
Mari lihat dimana dan bagaimana saya akan terbangun.
Suara petir atau bunga tidur yang punya rasa kuat?
Karena, setahu saya, bunga tidur yang saya mekarkan kebanyakan berisi tentang anda.

Semesta punya rahasia tentang semua pintu yang masih ditutup bahkan dirantai.
Mengeluh dan marahlah bila itu perlu.
Saya sudah melakukan itu semua. Mengeluh, marah, lalu menuntut seperti orang sakit hati dan sakit jiwa.
Karena dahulu, saya kira saya percaya pada hal seperti itu yang sifatnya sekokoh benteng Belanda.
Sekarang, dewasa mulai tumbuh, pikiran akan selalu terbuka walaupun saya masih selalu bertanya-tanya tentang rangkaian cerita yang belum selesai ini.

Merayakan musim hujan rasanya seperti meniup lilin di atas perahu karet.
Berdoa sebelum meniup lilin bukan hal yang tabu.
Berdoalah, karena katanya, waktu hujan adalah waktu di saat doa langsung melesat menuju lapisan ke-7.
Bertanyalah kepada Yang Maha Esa, lalu harapkanlah jawaban yang paling benar, bukan hanya baik.

Sudah 2 musim hujan,
Saya berusaha membuka payung.
Sudah 2 musim hujan pula saya berusaha menunggu anda untuk bersama di bawah payung ini.

Perayaan musim hujan akan selalu ada sampai saya menutup payung, kelelahan mencari dan membujuk anda.

Dan jangan salahkan saya tentang semua hal gila ini.

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff