Karena,
Saya senang berfilosofi dengan rumah.
Hati itu hanya berbeda satu dua jari dengan rumah.
Rumah adalah tempat berlindung yang suasana isinya tergantung dengan penghuni-penghuninya.
Sama seperti hati, benda semu itu juga tempat berlindung bagi roh manusia dan suasananya tergantung pula pada isinya.
Iya, kan?
Bayangkan bagaimana roh-roh bunuh diri masih menghantui dunia nyata dan tersesat?
Karena roh itu lepas dari keteduhan hati ditambah pikirannya.
Hati itu berpondasi agama, beratap ilmu dan berdinding ego.
Jika dinding retak, maka ego itu akan merusak.
Jika atap berlubang, ilmu itu tidak dapat menangkal hujan 'kebodohan'.
Maka jika pondasi rusak, seperti hal yang klise, rumah itu hancur.
Membujuk seorang nenek pindah dari rumah tuanya sama dengan wanita yang dibujuk menghapus wajah prianya dari hati dan pikiran;
Sama-sama sulit,
Karena rumah dan hati adalah satu ruangan yang kenangan bisa berdiam di dalamnya, di bingkai, di celah dinding atau pun di lantai yang sudah mengembung.
Hati seorang yang sudah rusak tidak akan memberi nyaman pada pemiliknya, sama seperti saat satu rumah didatangi perampok.
Betapa ringannya menyamakan rumah dengan hati, karena mereka memang mirip.
Saat rumah itu didirikan pintu utama yang besar, hati pun punya pintu itu pula.
Pintu yang menjadi pembatas agar tamu tidak menyusup masuk tanpa sepengetahuan empunya.
Tetapi, saat rumah itu mempunyai pintu belakang yang tidak terlalu dijaga, maka masuklah seorang itu, sama seperti hati yang disusupi seseorang yang bahkan kita saja tidak tahu bahwa ia akan bertandang.
Rumah yang ditinggali orang baik dan menyenangkan akan membawa suasana hangat seperti lilin-lilin kecil yang meramaikan malam
Sama seperti hati,
Hati yang ditempati orang yang tepat bisa menimbulkan suasana yang mengenakkan, jika sebaliknya, maka rumah itu bisa terbakar oleh api lilinnya sendiri.
Anda akan sedih atau marah bila tamu yang anda biarkan menetap malah merusak rumah anda.
Memudarkan cat tembok anda dan memecahkan ubinnya.
Saat hati memberi kepercayaan untuk seorang tinggal dan ia mematahkan semua percaya itu, anda tahu apa yang anda rasakan.
Perpindahannya pun sama.
Saat anda bosan dengan rumah yang lama, atau rumah itu sudah tidak terasa baru dan layak ditinggal, anda akan mencari, berkeliling pada setiap rumah dan akhirnya akan menemukan rumah yang cocok dengan anda.
Hati yang sudah rusak dan tidak nyaman ditinggali pun begitu, anda akan berangkat, bersusah payah membawa barang kenangan lalu mencari pada setiap sudut, apakah anda akan menemukan hati baru?
Itu mengapa saya selalu meminta anda untuk tidak mengunci saya di rumah ini,
Saat aromanya telah memburuk, terbakar api di dalamnya,
Saat temboknya hanya menimbulkan siluet anda,
Juga alasnya bekas jejak yang anda tancapkan,
Saya ingin keluar dari rumah ini,
Rumah kita berdua yang saya kira masih kokoh,
Saya ingin mencari hati baru.