Wednesday 30 March 2016

Ruangan ini gelap. Hanya ada sepintas cahaya yang masuk lewat celah retak.
Pengap dan panas sudah cocok dengan suasananya.

Ada kursi, buku-buku dan seutas tali yang agak panjang.

Rasanya, otakku telah habis sebelah karena panas mengejar materi.

H-4 Ujian Nasional, apa yang kamu harapkan dari otak yang rusak?

Kamar ini gelap, cocok untuk melakukannya dan aku akan tenang.

Aku mengambil seikat tali itu, aku kumpulkan buku-buku yang telah aku makan habis, biar mereka jadi saksinya. Kusimpulkan tali itu dan aku melihat sesuatu yang sangat menyejukkan yang membawaku ingin melakukannya.

Aku menyimpulnya, naik lalu turun, lalu kukencangkan.

Aku tidak tahan. Aku lelah. Untuk apa berusaha jika tidak ada hasil.

Aku menaikki kursi, meraih lemari, memegang erat lemari agar aku tidak terjatuh dan langsung menggelepar. Ku angkat tali tersebut. Aku memikirkan semuanya.

Tenang saja, aku hanya pergi sebentar.

Mengapa harus terjaga jika terlelap itu adalah kenikmatan?

"BRAK" kursi terjatuh, aku meringis, membayangkan semuanya. Keringat membanjiriku, aku tidak bisa bernafas, tidak ada oksigen di ruang pengap ini.

Selamat tinggal, Ujian Nasional. Selamat tinggal buku-buku, rasanya aku senang walau masih meringis.

Inilah akhirnya.

×××

"Ctek" tiba-tiba lampu ruanganku hidup. Ternyata PLN sudah menyalakan aliran listirknya. Angin sepoi berhembus lewat air conditioner.

Aku sadar. Aku tergelepak di lantai dengan sisi buku yang aku simpul tali mencuat sedikit keluar lemari. Bundelan buku yang aku ikat itu segera jatuh

"Brak", habis sudah menimpaku.

Aku hanya ingin tidur, kawan.

Aku mengan...tuk...
#Chill

Monday 14 March 2016

When We Were Young - Adele

Ingat, saya punya satu folder tentang perasaan hati yang selalu dituangkan tiap malam.

Dari x sampai y, sampai saya pulang lagi pada x. Saya punya semua, dalam 3 tahun, di setiap harinya. Menulis itu baik, membuat seseorang tidak lupa dengan hal penting.
Dan berarti, seorang x adalah penting di hal ini.

Sudah terkumpul 148 memori. Berhenti pada angka 148, di tanggal 1 Januari 2016.

Saya sudah pernah mengagumi orang seperti x selama dua tahun, dan dua tahun bukan waktu yang cukup untuk kali ini. Beralih pada beberapa orang, dan akan kembali pada x. Entah kenapa.

Patah hati kali ini menyenangkan. Karena sejujurnya, bisa melihat x menemukan seseorang yang benar-benar nyata adalah kebahagiaan. Bagaimana bisa menyalahkan wanita itu saat ia membuat tersenyum x?
Seharusnya berterima kasih karena dari senyum itu, muncul juga senyum lain.

Melihat pemandangan itu benar-benar bahagia. Toples yang kosong rasanya diberi glitter warna-warni.

Sudah cukup untuk mengagumi dari dekat tapi dengan suara pelan. Saya sudah melepaskan segalanya, karena dalam waktu singkat, saya akan mulai lagi untuk sendiri.

Patah hati yang menyenangkan. Dari pertama melihatnya di samping kanan hari pertama kelas, di atas Bromo, di dalam foto-foto, sudah cukup.

Dari pertama, tugas kewirausahaan, berlanjut pada ulang tahun.

Bintang tidak perlu digapai, menikmati secara visual pun sudah indah.

Haha, bintang 5 akan selalu bersinar dan semoga saja tetap sama.

"Everybody loves the things you do,
From the way you talk to the way you move,
Everybody here is watching you,
Because you feel like home.
You're like a dream come true"

.
.
.

-Bintang 5, 
Est. 27 Desember 2013

Thursday 10 March 2016

Setelah selesai dengannya,
Aku mencoba hal baru.

Berbaur dengan keramaian. Keramaian yang paling menyenangkan adalah yang sesuai hobi,
Dan,
Keramaian yang paling nyaman adalah ramai yang manusianya sibuk sendiri.

Seperti telah mengetahui segalanya, aku berjalan lagi dengan pintu-pintu yang banyak aku hindari.
Dan ternyata, pintu-pintu yang dulu telah aku tutup tanpa sadar, belum bisa terbuka lagi.

Di dalamnya terkunci semua roh yang dulu menemani.

Kini, keramaian mudah sekali untuk dinikmati, sangat mudah bahkan terlalu mudah.
Sendiri di antara manusia lain adalah hal yang biasa.

Semuanya seperti biasa saja. Tidak lagi turun bahkan naik. Inilah rasanya mati semu. Bahkan tertawa saja harus dibuat dan menangis harus mencari alasan. Seperti tidak hidup padahal,

Aku rindu rasanya hidup.

Salahnya, saat aku hidup, aku rindu rasanya mati.

Semuanya kini jelas. Semua tangan yang bergandeng denganku memang masih belum lepas, tapi ada saatnya mereka nanti lepas.
Di saat kepentingan mempunyai cabang yang tidak satu arah.
Sudah terbukti, kepentingan adalah hal nomor satu di hidup manusia.

Seharusnya, pengertian sosiologi tentang
"Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain"
Harus ditambah dengan
"Untuk memenuhi kepentingan masing-masing"

Aku melamun lagi di keramaian ini, melongo ke pintu keluar.
Aku sadar, secara tidak langsung, kita semua adalah korban kepentingan.

Lalu mengapa masih menangis ketika kita ditinggalkan?
Mengapa masih heran?
Aneh, seharusnya kita terbuka,
Itu adalah hal biasa.

Hal yang wajar jika kita takut berkenalan dengan manusia lain,
Aku bahkan menjadi takut untuk mempunyai kenalan
Aku bahkan curiga dengan manusia yang ada di sekelilingku
Aku bahkan mencari tahu,
Apa kepentingan mereka.

Membuatku paranoid, tidak lagi mencari manusia seperti apa yang akan aku dekati,
Tapi malah kepentingan apa yang sama dengan kepentinganku.

Siapa yang harus disalahkan? Ini kenyataan, fakta yang tidak diungkap dengan artikel karena ini hanya perspektif anak SMA yang habis ditinggal relasinya.

Walaupun relasinya masih ada di depan mata, rasanya kosong.

Aku masih merindukan hidup
Tidak.
Aku merindukan relasiku.

Menulis ini, seperti bocah ngelantur yang menggeram untuk mendapatkan permennya.

Aku menulis ini karena kecewa.
Dengan dunia tapi bukan dengan semesta apalagi Tuhan.
Hanya kecewa saja.
Di tahun terakhir, malah mati diam-diam dan mencoba untuk bangkit.

Aku menulis ini karena kecewa
Dimana semua orang?
Manusia-manusia yang dulu ada
Senyum dan tawa spontan, yang tidak dibuat-buat.

Maaf, aku tidak pernah lagi merespon bumi, aku malas
Sudah capek dan sudah bosan
Lebih baik di sini,
Walaupun stagnan.

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff