Sunday 24 August 2014

Hari ini saya mulai membayangkan masa depan.
Mengerikan.

Mengerikan bagaimana saya nanti merawat anak saya hanya dengan satu tombol.

Mengerikan bagaimana nanti anak saya diajarkan berjalan dengan robot pintar karena orang tuanya terlalu sibuk.

Mengerikan bagaimana saya membayangkan ekspresi ketakutan dari raut wajah anak saya saat menemukan kumpulan kertas di gudang yang dahulu mama papanya sebut buku.

Mengerikan bagaimana anak saya nanti tidak mengenal susah payah pergi ke sekolah karena sekolah bisa saja berbentuk online.

Mengerikan bagaimana anak saya akan selalu memegang gadgetnya seperti ia memegang obat wajibnya.

Mengerikan bagaimana ia tidak tahu rasanya keluar rumah, karena di dalam rumah sudah begitu lengkap dengan teknologi.

Mengerikan bagaimana ia tidak tahu rasanya menghirup oksigen murni, karena udara begitu tercemar.

Mengerikan bagaimana ia tidak pernah bertemu teman sejawatnya langsung, hanya lewat videocall.

Mengerikan bagaimana ia akan mengucapkan "Selamat Tidur" kepada mama papanya hanya lewat emoticon karena malas berjalan.

Mengerikan bagaimana membayangkan tidak ada lagi obrolan malam keluarga di meja makan.

Mengerikan bagaimana di saat lebaran, ia hanya berkumpul dengan saudaranya tanpa ada lisan yang bicara.

Mengerikan bagaimana ia selalu menunduk melihat layar gadgetnya.

Mengerikan ia harus selalu menambah lensa kacamata karena matanya rusak.

Mengerikan ia tidak pernah tahu rasanya berkumpul dengan teman.

Mengerikan ia tidak akan mempunyai skill lain selain mengutak-atik gadget.

Mengerikan ia akan melihat tanaman hanya dalam gambar di gadgetnya.

Mengerikan ia hanya akan melihat alam liar hewan di Youtube.

Mengerikan ia tidak mengenal perpustakaan untuk mencari referensi.

Mengerikan ia tidak pernah tahu ada orang-orang nyata di sekitarnya.

Mengerikan ia hanya punya satu teman robotnya.

Mengerikan ia tidak pernah tahu apa itu kutub es bumi.

Mengerikan saat saya membayangkan ia merasa aneh saat ia berbicara dengan sesamanya.

Mengerikan bahwa membayangkan mendapati tatapannya aneh saat mama papanya reuni dengan teman lama, tertawa, berbincang dan segalanya karena ia tidak pernah mengalami hal itu.

Terakhir, mengerikan saat membayangkan anak saya mempunyai anak yang tidak tahu apa itu dunia nyata, melainkan ia hanya tahu dunia maya.

Monday 18 August 2014

69 tahun negriku, Indonesia.
Sudah mulai pantas untuk disebut negara merdeka yang tua.

69 tahun negriku, Indonesia.
Jumat, 17 Agustus 1945, pukul 10 pagi, sang proklamator memproklamirkan merdeka, benang baru untuk hidup negri ini. Tepat 69 tahun lalu.

69 tahun negriku, Indonesia.
Saat itu pula para tokoh mulai berjibaku merancang masa depan negri ini. Setidaknya membayangkan ke depan.

69 tahun negriku, Indonesia.
69 tahun yang lalu mulai ada senyum hangat, tawa gembira juga tangis bahagia karena akan bebas, tidak lagi jadi budak.

69 tahun negriku, Indonesia.
5 butir pancasila mulai ada di dada sang garuda, lambang negara.

69 tahun negriku, Indonesia.
Hari ini di tanggal 17 Agustus 2014, bangsa negri ini mulai terasa nasionalismenya. Mungkin karena sudah lelah tetap menjadi budak semu bagi bangsa lain.

69 tahun negriku, Indonesia.
Jika jujur, saya sayang sekali dengan sepotong tanah yang disisakan di bumi oleh surga ini.

69 tahun negriku, Indonesia.
Mari bangkit bersama, merangkul segala perbedaan, juga mengedepankan visi dan misi yang sama, yaitu, Indonesia masih bisa menjadi negara terhormat dan bersaing.

69 tahun negriku, Indonesia.
Anak bangsa mumpung sedang menggebu, mari bersama melepaskan nama "Negara Berkembang" dan ubah dengan "Negara Maju".

69 tahun negriku, Indonesia.
Hari ini, di tahun 2014 ini, saya mulai tahu rasanya hati bergetar milik tokoh, veteran dan segala lapisan masyarakat 69 tahun yang lalu saat dikumandangkannya lagu "Indonesia Raya".

69 tahun negriku, Indonesia.
Indonesia Raya.

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff