Monday 29 December 2014

Hello, hari ini libur.
2014 is over, bud!! Sangat cepat tahun ini berlalu. Sayangnya, 2014 gue belum melakukan apa-apa dan tidak ada kesan apa-apa..
Dan selamat datang 2015, gue siap untuk melakukan hal bermanfaat di tahun 15.
Pada 2015, yang sedihnya adalah usia gue masih 16 tahun, dan teman-teman sudah 17 tahun sudah memegang sim dan ktp, men.
Kabar baiknya, i'm still young.

Nah, jadi hari ini gue mau membahas tentang cita-cita.
Cita-cita adalah impian yang harus diraih dan dikejar dengan semangat penuh, niat penuh juga usaha #saik.
Maksud gue, kemana sih selama ini tujuan hidup lo? Cita-cita lo itu apa? Anehnya, kalo bertanya ini pada adik-adik kecil kita yang masih SD, cita-cita hanyalah sebatas pilot, guru, dokter, montir (enggak, sih). Ya, karena mereka cuma tau itulah pekerjaan hebat.

Semakin adik-adik itu beranjak usia, mereka akan tau profesi-profesi lain yang hebat. Misalnya saja mereka sudah masuk SMP, jika ditanya, mereka akan jawab, DPR, Arsitek, Dj, Dj, Dj. Oke cukup dengan Dj.
Dj adalah profesi paling mahsyur di kalangan remaja SMP jaman sekarang. Sampai pada bayangan masa depan nanti, di suatu jalan publik, ada seseorang terjatuh karena penyakit jantung, dan orang-orang yang berkerumun mayoritas Dj dan tidak tau harus melakukan apa-apa. #ironi.
Apalagi mungkin, Dj itu kan di.. Realistis aja, Dj itu kerjanya mayoritas di club. Banyaknya Dj, akan menambah banyaknya club yang berdiri. Lalu lahan habis, dan para Dj menganggur menjadi pengangguran deflationer, buka usaha sendiri dengan Dj keliling.
Nggak, sih, itu teori saya aja.

Oke, bayangkan lagi adik-adik itu sudah masuk SMA, lebih luas lagi wawasan yang dicapai. Jika ditanya lagi, mereka sudah bisa menjawab, TNI, Dosen, HI, Hukum, Sutradara, sutradara, pokoknya sutradara.
Iya, sutradara. Jaman 2014, jurusan kuliah DKV makin digandrungi. Gue, sebagai peminat jurusan itu merasa ragu. Jurusan ini banyak banget, men yang mau. Nanti, misalnya gue lulus, anak DKVnya banyak, perusahaannya sedikit, yah, DKV sih bisa usahaan sendiri, sih. Tapi, ya gitulah..
Kalo ditanya kenapa mau masuk DKV, karena pengen bisa desain aja keren. DKVitutidaksekedardesain.

Jadi, apa intinya gue menulis ini ribet-ribet? Karena menurut gue cita-cita anak sekarang adalah cita-cita jamanan. Sesuai musim.

Dan gue? Kalo lo tanya cita-cita gue apa, lo gak bisa dapet jawaban sekarang.
Gue masih belum tau profesi apa yang harus gue geluti. Yang pasti, dengan semangat nasionalisme, tanpa etnosentrisme dan primordialisme, cita-cita gue semenjak SMP adalah mengambil peran dalam memajukan negri tercinta, Tanah Air Ibu Pertiwi, Indonesia Raya. #saik. Dari bidang manapun.

Cita-cita gue itu sebenernya ironi. SD, gue pengen jadi Dj, itu tahun 2008. Tahun itu, gue selalu dapet perkataan "ngapain jadi Dj, gak keren lo," dari teman-teman gue. Bokap gue pun bilang, "Jadi Dj emang tahan tuh di club,". Dan akhirnya, gue melipat kertas cita-cita itu lalu gue buang.
Dan sekarang, Dj is a famous job ever. Sial. Tapi gue emang ga tertarik lagi, sih.. Maksiat, astagfirullah. Lagian, seni gue tidak jago dalam bidang musik.

SMP, tahun 2012, gue mau jadi sutradara. Alasannya klise, gue mau buat film, tentang Indonesia. Klise pula, gue mau orang-orang sehabis nonton film gue akan bilang " Gila, keren banget, nih, film". Gue mau apresiasi orang-orang.
2013, gue berbelok dan mau jadi animator, di PIXAR, dimana, kek. Gue mau memperbaiki animasi anak Indonesia, kalo bisa.
Dan sebenernya, dua cita-cita itu masih gue pegang, dengan setengah hati.

Masuk SMA, jiwa nasionalisme gue semakin berkobar. Dengan masuknya gue ke jurusan IPS, gue mau ambil peran dalam pemerintahan. Setidaknya, kursi mentri. Hahaha. Gue mau Indonesia tidak lagi sia-sia.
Ini emang lebay, tapi asal tau, aja, Indonesia ini negara yang semuanya ada. Apa pun itu. SDM, SDA, semuanya. 1 yang kita ga punya, kerja sama yang kompak, dan nasionalisme yang konsisten.

Thx.
Sampe sekarang, gue masih bingung harus ambil cita-cita apa.

Apapun cita-cita yang lo gandrungi,
"a smooth sea, never made a skillful sailor"

Thursday 18 December 2014

Hal ini sangat rumit. Seperti benang merah yang kusut di tengahnya. Mungkin, tidak hanya kusut, benang itu sudah ada yang hangus, basah, entahlah apapun itu.

Malaikat pun terlihat menyerah mengembalikan bentuk benang seperti semula.

Malaikat pun menyerah, mereka sudah terus membujuk saya untuk berusaha tentang benang kusut itu.

Malaikat pun menyerah, sampai mereka menolak pernyataan "Malaikat yang tahu siapa juaranya". Mereka tidak bisa menentukan siapa juaranya. Juara yang memiliki rasa paling istimewa untuk anda. Mereka masih menimbang siapa yang paling hebat, saya atau wanita lainnya?.
Karena katanya, rasa itu adalah rasa yang sangat abstrak hari ini. Semua bisa jadi juara, karena di setiap hati yang berperan, pasti selalu ada peran yang paling hebat. Bukan cuma itu, semua pula bisa jadi pecundang, karena pada dasarnya, rasa yang tak terbalas pasti berkobar lalu merah dan menjadi hitam. Siapa yang tahan?.

Malaikat pun menyerah untuk menyatukan benang anda dengan saya. Sama-sama terlalu kusut.

Malaikat pun menyerah. Mereka melapisi sebongkah daging milik saya dengan besi dan dijaga dengan dua pintu. Agar saya tidak lagi berdarah, katanya.

Mereka tersenyum dengan raut wajah kecewa karena mereka menyerah. Senyum itu membujuk saya untuk selalu bersyukur.

Biarlah benang istimewa itu tidak akan bersatu. Para malaikat tahu benang itu akan bersatu dengan siapa. Lalu mereka medukung untuk selalu berjalan melewati tandusnya tanah, menuju padang rumput.

Dari sana, saya selalu berjalan. Ke arah mana saja, utara, selatan, barat atau timur. Dari sana, saya tahu ada kekuatan hebat selain kebetulan-kebetulan yang terjadi.

Malaikat pun menyerah, tapi mereka tahu bila anda bertanya tentang saya, mereka akan jawab dengan:

Rasakan sukanya seseorang yang telah menyerah.
Bayangkan cintanya seseorang yang telah bungkam.
Dan, Pikirkan rasa yang akhirnya tidak akan pernah hidup lagi.

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff